ANALISIS FAKTOR RISIKO PENULARAN PASIEN KUSTA

Penulis

  • Yazika Rimbawati Universitas Kader Bangsa
  • Ria Wulandari Universitas Kader Bangsa

DOI:

https://doi.org/10.52047/jkp.v15i1.379

Kata Kunci:

Usia, genetic, social ekonomi, penularan kusta

Abstrak

Kusta merupakan salah satu dari delapan penyakit tropis terabaikan (neglected tropical diseases) yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit ini terus berlanjut dan membutuhkan perhatian khusus. Berbagai faktor berhubungan dengan kejadian kusta, di antaranya adalah status vaksinasi BCG (Bacillus Calmette Guerin), riwayat kontak, durasi kontak, kebersihan pribadi (personal hygiene), usia, tingkat pendidikan, pengetahuan, status sosial ekonomi, kepadatan hunian, kondisi fisik rumah, dan jenis kelamin (Hairil Akbar, 2020).  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko penularan kusta pada pasien di Puskesmas Lembak, Kabupaten Muara Enim, tahun 2024. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional dan kualitatif melalui wawancara mendalam untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan penularan kusta. Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang berkunjung untuk berobat di Puskesmas Lembak pada tahun 2023, dengan jumlah total 62 pasien. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara usia (p-value = 0,015), genetik (p-value = 0,004), dan status sosial ekonomi (p-value = 0,015) dengan penularan kusta. Penelitian ini mengungkapkan bahwa faktor usia, genetik, dan sosial ekonomi memiliki pengaruh signifikan terhadap penularan kusta. Oleh karena itu, upaya pencegahan dan pengendalian kusta harus difokuskan pada kelompok usia rentan, individu dengan riwayat genetik terkait, serta populasi dengan kondisi sosial ekonomi rendah.

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Referensi

Alcaïs, A., Alter, A., Antoni, G., Orlova, M., Nguyen, V. T., Singh, M., ... & Schurr, E. (2007). Stepwise replication identifies a low-producing LTA haplotype associated with increased risk of leprosy. Nature Genetics, 39(4), 517-522.

Mira, M. T., Alcaïs, A., Nguyen, V. T., Moraes, M. O., Di Flumeri, C., Vu, H. T., ... & Abel, L. (2003). Susceptibility to leprosy is associated with PARK2 and PACRG. Nature, 427(6975), 636-640.

Schurr, E., & Gros, P. (2009). A common genetic fingerprint in leprosy and Crohn’s disease? The New England Journal of Medicine, 361(27), 2666-2668.

Zhang, F. R., Huang, W., Chen, S. M., Sun, L. D., Liu, H., Li, Y., ... & Zhang, X. J. (2009). Genomewide association study of leprosy. The New England Journal of Medicine, 361(27), 2609-2618.

Sales-Marques, C., Salomão, H., Fava, V. M., Alvarado-Arnez, L. E., Amaral, E. P., Cardoso, C. C., ... & Mira, M. T. (2013). Genetic association analysis of LTA, TNF, and LTB genes with leprosy in Brazil and meta-analysis of worldwide data. BMC Infectious Diseases, 13(1), 1-12.

Misch, E. A., Macdonald, M., Ranjit, C., & Sapkota, B. R. (2010). Human genetics and the susceptibility to leprosy. Leprosy Review, 81(2), 115-128.

Arikunto, S. (2013). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktek (Edisi Revisi). Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan (Edisi Revisi). Rineka Cipta.

Sugiyono. (2017). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

Suryani, R. (2018). Pengolahan data dalam penelitian kesehatan: Teknik dan analisis. Media Riset.

Unduhan

Diterbitkan

2025-01-31